Nihon... Finally Here I am (Part 1)

Jepang adalah salah satu negara yang bermimpi suatu saat saya singgahi dan puji Tuhan di tengah tahun 2014 lalu saya dan teman2 diberi kesempatan untuk menjelajah dan melihat keindahan negeri sakura ini. Trip ini dipersiapkan sejak awal 2014 dan setelah melewati beberapa kali meeting (read: makan bareng sambil ngobrol) akhirnya kita mematangkan itinerary.

- Seluk Beluk Pengajuan Visa Ke Jepang-

Sebenernya waktu kami mengurus visa, mulai September 2014 ada desas desus kalo ke Jepang sudah tidak diperlukan visa lagi jika kita merupakan pemegang E-Paspor. Mengingat dan melihat paspor kami ber 8 masih paspor lama, jadi kami tetap harus melakukan proses apply visa. Kedutaan besar Jepang terdekat dengan Batam adalah Medan jadilah kita menyerahkan urusan administrasi ini ke agen dengan membayar 550,000 IDR. Kalo kita urus sendiri biaya resminya 320,000 IDR (tahun 2014). Persyaratan untuk apply visa dapat dilihat disini. Di beberapa blog ada dibahas minimum rekening yang harus ada agar bisa lolos pengajuan visa, menurut pengalaman agar aman dan lancar minimum jumlah rekening di bank adalah sejumlah pengalian jumlah hari yang akan dihabiskan di Jepang dengan minimum biaya hidup disana untuk 1 hari (misal 1,000,000 IDR).

Day 1 - Osaka
And the day has come..Paspor, visa, itinerary, ransel sudah lengap semua. Kami menggunakan penerbangan tengah malam dari KL menuju Kansai dengan low budget airlines tentunya :P. Sambil nungguin tengah malem kami gegoleran dulu di Bandara KLIA, mungkin karena penerbangan tengah malam saya merasa pemeriksaan barang menuju terminal tunggu tidak terlalu ketat. Saat kami mengunjunginya, bandara ini masih terbilang baru karena Bandara LCCT yang seharusnya diperuntukan untuk low budget airlines telah dialih fungsikan menjadi terminal cargo sejak Bulan Mei 2014.

Nungguin tengah malam di KLCC

Hari masih pagi saat kami sampai di Kansai International Airport. Saya dan teman saya saking senengnya udah pengen teriak2 saja. ?Yes one line on my bucket list has been strikethrough. Saya baru tahu bandara Kansai ternyata berada di pulau buatan di tengah Osaka bay, pantesan waktu jalan kok terasa bergoyang goyang. Bandara Kansai sudah terintegrasi dengan stasiun kereta yang akan membwa kami ke Osaka (kota jelajah pertama kami). Berdasarkan informasi dari blog2 yang kami baca, untuk transportasi dianjurkan membeli Kansai Through Pass, semacam paket tiket khusus untuk turis yang bisa dipakai masuk obyek2 wisata dan naik kereta di Osaka, Kyoto, Nara, Shiga, Wagayama and Hyogo (kalian bisa baca disini untuk lebih detailnya). Kansai Through Pass dapat langsung dibeli di loket khusus di Bandara Kansai. Well.. ternyata jalur kereta api di Jepang cukup membingungkan ditambah dengan tulisan kanji dan kebanyakan orang Jepang tidak lancar berbahasa inggris, lengkaplah sudah :D. Tidak Seperti di Singapore atau Hongkong, jalur kereta api disini dimiliki oleh pihak swasta yang berbeda beda, jadi makin tambah bingung baca petanya :P. Osaka Map bisa dilihat disini. Somehow we are a lucky team, sewaktu di pesawat salah satu temen kami berkenalan dengan orang asli Jepang yang baru datang dari Indonesia (ahh saya lupa namanya). Dia tinggal 2 bulan di Bali dalam rangka tugasnya sebagai missionaris. Better to speak with bahasa than english with him and guess what... He is our saviors that day :). Dari stasiun Osaka kami harus ganti jalur Hanshin Railway dan turun di stasiun Fukushima. Kami memesan penginapan di guest house U-En yang sudah kami pesan sebelumnya via internet. Penginapan dengan suasana jepang banget very recommended deh ini penginapan, cozy dan suasanya menyenangkan.

Kasurnya ditata sendiri kalo mau tidur
Siang menjelang, setelah beberes kami mulai menuju ke destinasi utama kita Osaka Castle. Stasiun kereta api terdekat dengan Osaka Castle adalah Tanimachi-4 Chrome (Tanimachi & Chuo Line). Prefer you use gmaps for details direction :). Karena kami pemegang kansai through pass jadi terhitung free admission masuk kesini. Osaka Castle dikelilingi sungai dan beton tinggi serta taman taman yang luas (khas bangunan istana). Tidak merubah bentuk aslinya, sentuhan modern ada pada lift untuk mobilisasi pengunjung dari lantai ke lantai dan diorama2 yang keren di dalam bangunannya. Kita bisa berfoto ala Japanese troop dengan membayar ongkos sewa 300 Yen per orang. Osaka Castle dibuka untuk umum setiap hari mulai jam 9 sampai jam 5 Sore.

Menuju Osaka Castle

Osaka Castle -Full Team

Masih di Osaka Castle sehabis hujan
Menjelang malam, sesuai dengan itenerary kami mengunjungi Umeda Sky Building. Gedung ini dapat dijangkau sekitar 10-15 menit jalan kaki dari Stasiun Umeda. Kansai through pass dapat digunakan untuk tiket masuk ke gedung kembar ini. Bagi saya yang lumayan takut dengan ketinggian, menaiki lift tembus pandang ke ketinggian 173 m cukup membuat kaki saya lemas. Di puncak paling atas lantainya berkilauan macam pakai fosfor, ada spot2 foto yang disediakan untuk menangkap keindahan osaka di ketinggian. Tiupan angin yang kencang dan udara dingin malam cukup membuat kami menggigil. Turun 1 lantai dari roof top kalian bisa menikmati ketinggian dengan udara dan suasana lebih hangat karena ruangannya tertutup dengan kaca (cocok nih buat tempat pacaran sambil stargazing gitu).

Umeda Sky Building
Day 2 - Kyoto
I think the best part in Japan is Kyoto. Semacam kota budaya kalo di Indonesia mungkin sama suasana dengan Jogja kali ya. Dari Stasiun Osaka kami naik kereta (keretanya keren vintage banget) menuju ke Stasiun Kyoto masih dengan kansai through pass. Kami memilih menginap ke Khaosan Hostel di daerah Shijo Kawaramachi yang bisa sitempuh sekitar 5 menit jalan kaki dari stasiun terdekat Kawaramachi. Saya pribadi merekomendasikan hostel ini karena cukup murah, bersih dan fasilitasnya yang ok. Di tempat ini kami bertemu teman baru dari Lithuania (call him Aurellius) yang lagi solo travelling. Entah kenapa dia merasa cocok saja dengan kami and then he joined with our group to exploring Kyoto.

Kiyomizudera temple adalah tujuan pertama kita, menurut sejarahnya kuil ini pertama kali didirikan di tahun 778 dan mengalami banyak renovasi berkali kali karena dibakar. Kuil ini diperuntukan untuk umat Budha, sebenarnya saya agak rancu juga dengan perbedaan temple dan shrine disini, namun menurut pengamatan saya sendiri mungkin temple diperuntukan untuk agama Budha dan shrine diperuntukan untuk penganut kepercayaan Shinto. Saat kami berkunjung kesana kebetulan lagi musim panas, jadi viewnya kebanyakan hijau, mungkin akan lebih spectaculer kalo kita mengunjunginya saat musim gugur atau semi. Saya dan teman saya iseng ikut2an ambil ramalan disana, dan setelah dibuka hasil ramalannya kami ngga ngerti cara bacanya hahaha, alhasil cuma disimpen aja buat kenang2an (seharusnya di gantung di papan harapan si).



Pintu Masuk Kiyomizu-Dera
Kiyomizu-dera

Tempat menggantung kertas ramalan

Masih Masih seputar wisata temple, menjelang sore hari kami menuju ke the legendary Fushimi Inari Shrine. Terletak hanya 2 stasiun dari Stasiun Kyoto, yang paling kece di kuil ini terdapat mountain trail path yang kanan kiriniya dipagari oleh tiang2 (sering disebut dengan senbon Tori atau Thousand of Tori gates) memanjang dan menghubungkannya dengan Gunung Inari. Karena pada saat itu waktu sudah menjelang sore, kami tidak sempat berjalan sampai ke ujungya, selain gelap serem juga uy malem2 jalan di hutan di negerinya orang, lagian kalo mau sampai ke ujungnya kita membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 jam.


Tori Gates


Gerbang Fushimi Inari
Merasa masih punya tenaga berlebih kami kembali lagi ke Osaka untuk menikmati suasana di Dotonbori area yang terkenal dengan Takoyaki dan icon Iklan Neon besar Glico Man. Saya baru nge'h bahwa Takoyaki dan Okonomiyaki adalah makanan khas di Osaka setelah diberitahu kenalan waktu perjalanan pulang, sebelumnya saya mengira Takoyaki dan Okonomiyaki adalah makanan khas di seluruh Jepang :D. Layaknya pusat keramaian, kamu akan banyak menemukan tempat makan dan pusat perbelanjaan disini. Soal makanan ga jauh2 dari variasi Tako dan Okonomiyaki, bagi yang beragama muslim harap hati2 dan bertanya dulu ya kalo mau makan (Kalo takoyaki kemungkinan sih halal karena isinya kebanyakan cumi/sea food). Menjelang malam hari kawasan dotonbori berubah menjadi tempat tidur bagi beberapa Tuna Wisma. Untuk mencegah cuaca dingin mereka membangun semacam peti dari kardus untuk alas tidur mereka.

Dotonbori dengan background the famaous Glico Man
Day 3 - Arashimaya
Arashimaya adalah hutan bambu dengan sungai dan pemandangan alam yang indah (semakin indah kalo pas cherry blossom) yang terletak tidak jauh dari Kyoto. Dapat ditempuh dengan menggunakan Hankyu Line dari Stasiun Kawaramachi, singgah sebentar di Stasiun Katsura, kemudian berganti menggunakan jalur Hankyu Arashimaya dan bisa turun langsung ke Arashimaya. Kamu akan menjumpai jembatan yang terkenal dengan sebutan Togetstuko bridge dan akan menjumpai beberapa temple dengan keunikannya masing2. Hutan bambu adalah hutan homogen dengan 1 jenis tanaman Bambu, batangnya yang menjulang tinggi dan daunnya yang bergesekan dengan angin membuat suasanya menjadi eksotis. Mengingat areanya yang sangat luas, kamu tidak perlu khawatir cape karena di dalam hutan bambu terdapat pengemudi becak yang siap mengantarkan anda jalan2. Ngga seperti di Indonesia lazimny semua becak itu dikayuh seperti sepeda, tapi di Arashimaya becaknya ditarik. Bahkan saya sempat melihat penarik becaknya adalah seorang wanita, kebayang kan sekuat apa mereka? karena saya lihat kadang mereka harus menarik becak berpenumpang 2 kali berat badannya. Untuk lebih menikmati suasananya, kalian bisa naik scenic railway yaitu kereta khusus dengan jendela terbuka yang digunakan untuk berkeliling arashimaya melewati pemandangan yang spectacular di pinggiran sungai. Tiket scenic railway ini terpisah dari tiket masuk Arashimaya dan dapat dibeli langsung di stasiun scenic railway seharga 620 Yen (Torroko Saga - Torroko Kemeoka Station).

Bamboo Groove








Penarik Becak Wanita
Sesampainya di stasiun akhir, kami harus berjalan lagi menuju stasiun kereta api umum (saya lupa namanya). Di sepanjang jalan, kami melihat ada sawah yang terhampar luas di kanan dan kiri jalannya (sebenernya ga jauh beda juga sih dengan sawah yang ada di kampung halaman saya bentuknya :P). Menjelang sore harinya perut saya mulai lapar, dan kami memutuskan untuk mampir ke sebuah kedai milik bapak tua yang sepi pelanggan. Tempat makan yang sangat sederhana, dan hanya ada kakek itu saja yang memasak dan juga melayani kami dan tak disangka tak dinyana udon seharga 700 Yen adalah udon terenak yang pernah saya rasakan (sayangnya saya lupa dimana tepatnya tempat makan tersebut (rekomendasinya ngga total nih)

Sawah sepanjang perjalanan pulang dari Arashimaya


Rumah makan dengan udon terenak
Karena hostel kami bertempat tidak jauh dari kawasan Gion maka dalam perjalanan pulang kami sempatkan untuk mengunjungi Gion District, berharap bisa foto bareng  diem2 Geisha yang lagi berseliweran di situ. Menurut beberapa sumber yang saya baca ternyata tidak lah sopan untuk mengambil foto para geisha itu jika tidak minta ijin terlebih dahu, dan ketika kita meminta ijin kebanyakan sih ditolak :P (dilematis) so yang dapat saya lakukan hanyalah mengagumi dan merasakan keindahan tempat tersebut dan melukiskannya dalam hati dan pikiran saya (ceilehh). Such a warm and nice feeling have a time to take a walk in this area.


Gion District


- To be continue -

CONVERSATION

0 komentar:

Back
to top